Description
(Buku Digital)
Lo, kok itoh bisa berbunga,” kata Hari Widianingrum begitu membuka pintu belakang rumahnya di Semarang, Jawa Tengah. Ia berbalik dan berlari menuju pesawat telepon, memberi kabar gembira pada Ari Kristianto, sang suami, yang bertugas di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Pantas ibu 2 anak itu terpana keheranan. Kerapkali itoh itu hampir mati karena tak disiram saat kemarau panjang. Ia hanya menyiramkan air cucian daging dan beras pada tabulampot itoh selama 1,5 tahun. Widianingrum tak menyadari, kombinasi perlakuan itu merangsang e daw—sebutan itoh di Thailand— memunculkan buah.*