Description
Perempuan menghasilkan lebih dari 50 persen makanan dunia dan terdiri dari sekitar 43 persen tenaga kerja pertanian, baik secara global maupun di negara berkembang. Namun, statistik resmi sering meremehkan nilai pekerjaan perempuan dan kontribusi mereka secara keseluruhan terhadap kekayaan nasional (FAO, 2006). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani perempuan di Indonesia pada tahun 2019 tercatat sebanyak 8.051.328 jiwa. Dibandingkan dengan laki-laki, petani perempuan tidak mendapatkan dukungan sepenuhnya pada akses lahan, dana pinjaman, dan mesin pertanian. Upah yang didapatkan petani perempuan juga tidak setara dengan petani laki-laki untuk pekerjaan yang sama.
Tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam rantai pasok pertanian datang dari segala faktor. Padahal, pertanian merupakan sektor paling penting dalam pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan suatu negara. Untuk menjawab tantangan itu, buku ini menampilkan kajian dari 4 narasumber penting yang menyajikan hasil kajian, riset dan penelitian mengenai “Peran dan Tantangan Perempuan dalam Rantai Pasok Pertanian”. Hasil kajian ini disosialisasikan dalam suatu kegiatan yakni Bincang-bincang Wisma Hijau yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Swadaya pada Oktober 2022. Buku ini sekaligus menampilkan bagaimana isu kesetaraan gender yang dialami langsung oleh petani perempuan di Indonesia. Termasuk hambatan karena regulasi dan kebudayaan yang menjadi penghalang produktifitas petani perempuan. Isu-isu lain dan implikasinya dibahas dalam buku ini.
Selain itu, disajikan sejumlah studi kasus yang disusun oleh ISEA (Institute for Social Entrepreneurship in Asia) mengenai usaha sosial dan bisnis inklusif yang melibatkan pengusaha UMKM perempuan. Mereka berperan sangat signifikan dalam rantai pasok/nilai pertanian di Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Para produsen perempuan itu diberdayakan melalui kemitraan dengan perusahaan sosial dan secara inklusif bekerjasama dengan lembaga atau organisasi masyarakat.
Berbagai kisah pemberdayaan ekonomi perempuan akar rumput di Asia Tenggara itu sangat menginspirasi dan berbagai upaya membangun kemitraan transformasional berdampak besar terhadap perbaikan kualitas hidup mereka, masyarakat sekitar, dan lingkungan.