Description
Hutan bukan sekadar hamparan pohon hijau. Ia adalah ruang hidup, ruang belajar, dan ruang harapan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Buku ini menghadirkan kisah nyata perjalanan para local champion—pendamping perhutanan sosial yang berasal dari dan memahami betul denyut nadi komunitasnya. Mereka adalah ujung tombak dari sebuah gerakan besar yang meyakini bahwa kelestarian hutan dan kesejahteraan manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Dari Desa Kuripan di Lombok Barat, kita akan belajar bagaimana KTH Beriuk Tinjal bertransformasi dari kelompok yang awalnya terbelah pemahaman menjadi pengelola hutan yang mandiri, mengembangkan produk olahan hasil hutan bukan kayu hingga ekowisata. Perjalanan serupa kita temui di Gowa, Sulawesi Selatan, di mana KTH Makkatuo membuktikan bahwa kepastian hak kelola mampu mengubah mantan pelaku pembakaran hutan menjadi penjaga hutan yang gigih, dengan madu trigona sebagai produk unggulannya. Sementara itu, di Gunung Sasak, Lombok, semangat pantang menyerah Aisyah Odist dan KPS Tempos Bersatu mengubah lahan kritis menjadi kebun nanas dan pisang yang produktif, seraya memberdayakan kelompok perempuan.
Dituturkan dengan jujur dan penuh semangat, sepuluh artikel dalam buku ini adalah potret ketekunan, kolaborasi, dan pembelajaran. Mereka membuktikan bahwa dengan pendampingan yang tepat, kepercayaan, dan pemberdayaan, masyarakat bukanlah ancaman bagi hutan, melainkan penjaga terbaiknya. Buku ini adalah oase inspirasi bagi siapa saja yang percaya bahwa masa depan Indonesia yang hijau dan sejahtera berawal dari desa-desa di sekitar hutan.






